gravatar

Our LDR stories..

Dear distancer, kali ini aku mau mengeksplor tentang Long Distance Relationship (LDR) yang sedang aku alami. J
Nama ku Robi, asli dari kota Pahlawan. Dan cewek ku (chuy) pun juga. Kita dulu satu sekolah di salah satu SMA Negeri yang tergolong favorit di kota besar ini. Walaupun, kita baru benar-benar kenal pada kelas XII (3 SMA) karena memang satu kelas (ALASIONE) dan meja kamipun saling depan belakang, yup, aku duduk tepat didepan bangkunya.
Tapi waktu itu aku masih belum punya rasa apa-apa ke dia, bahkan kita sering saling ejek gak mungkin saling suka. Dia pun waktu itu sudah punya cowok. Hmm..
Setelah lulus, aku diterima di Institut Negeri (masih) di kota Buaya ini. Sedangkan dia lebih memilih ke jalur kesehatan setelah satu tahun kelulusan kami. Kami sudah jarang sekali bertemu karena memang tidak satu atap pendidikan, tapi kami kadang masih saling berhubungan lewat sms layaknya teman biasa. Entah saling tanya kabar atau sekedar saling mengejek saja.
Pada tahun ke empat aku sudah mencapai tugas akhir dan memang sudah merencanakan untuk lulus empat tahun waktu itu. Saat masih mengerjakan tugas akhir (skripsi) aku sudah ditawari pekerjaan di ibukota oleh senior yang sudah alumni jika lulus nantinya. Ternyata target ku meleset, ada masalah administrasi yang masih mengganjal sehingga aku harus menunda kelulusan ku. Tapi setelah aku bilang ke senior ku bahwa mata kuliah yang sudah ku ambil telah habis, dia pun tetap memberi pekerjaan itu kepadaku. Tanpa berpikir panjang pun aku meng-iya-kan tawarannya. Sedangkan chuy lulus tepat waktu, tiga tahun sudah cukup untuk membawanya menjadi seorang perawat muda.
Nah, perasaan yang aneh ke chuy semakin besar ketika itu. Bahkan semakin bertambah ketika aku sudah berangkat ke Jakarta. Hampir setiap malam setelah pulang kerja aku meneleponnya. Dan ketika itu dia sudah wisuda terlebih dahulu daripada institut ku. Aku dapat kesempatan pulang ketika menghadiri wisuda teman-teman kuliah ku yang lulus tepat empat tahun. Kesempatan pulang pun tidak ku sia-siakan begitu saja. Tepat tanggal 21 september 2012, aku mengajaknya kencan satnite berdua ke taman pelangi. Yup, salah taman romantis dari berpuluh-puluh taman baru.
Dengan agak gugup dan detak jantung yang tidak karuan akhirnya aku paksakan untuk mengungkapkan isi hatiku kepadanya. Dan sudah ku pastikan 90% diterima waktu itu. Akhirnya dia menjadi orang yang beruntung menjadi pacar pertama ku. Bayangin aja pacar pertama langsung LDR-an kawaaan.. sedikit nyesek sih, tapi memang itu yang harus kami jalani. Perpisahan pertama kami ketika sudah jadian adalah stasiun pasar turi, karena sudah malam aku pun hanya mengijinkan dia untuk mengantar ku sampai depan stasiun.
Awal-awal hubungan jarak jauh memang agak sulit. Dari yang sebelumnya tidak ikatan apa-apa sehingga lebih bebas mau telepon kapan aja, jam berapa aja asal saling jam kosong. Berubah menjadi ngambek bila si dia tidak ditelepon padahal sudah meluangkan waktu kosongnya. Dari sms atau bbm yang santai saja tidak dibalas, menjadi bertanya-tanya curiga dan kangen setengah mati ketika tidak cukup lama dibalas.
Yaa, itu pasti yang sering kawan-kawan distancer alami kan?? Tapi diluar itu masih banyak kebaikan yang bisa diambil, dari mulai harus saling sabar, kejujuran, pengertian, rasa saling percaya dan yakin sama pasangan.
Waktu pulang adalah yang paling kami nantikan. Kami baru pertama kali malam mingguan berdua setelah tiga bulan jadian. Tentu bukan hal yang special bagi yang bukan aliran LDR, tapi bagi kami ini adalah hal yang luar biasa. Ya, malam mingguan bersama pasangan adalah hal yang WOW bagi kami.
Pernah sekali tidak bertemu ketika aku pulang, saat mengurus administrasi kuliah ku yang belum beres waktu itu hanya pulang satu hari saja, ketika itu aku ke kampus dari pagi sampai siang sehingga tidak bisa mampir kerumahnya. Rencananya kami akan keluar sore hari sekalian dia mengantar ku ke stasiun. Dan ternyata sore harinya hujan lebat sekali, malam harinya masih gerimis. Tentu saja dia tidak boleh keluar rumah karena masih hujan, sedangkan aku juga tidak tega melihat dia hujan-hujanan. Meskipun sebenarnya dia memaksa untuk tetap mengantar. Akhirnya aku diantar oleh Bapak sampai ke stasiun. Sesampai di stasiun pun aku masih berharap ada sebuah keajaiban berbentuk pacarku yang hadir tiba-tiba seperti di film-film romantis, sampai kereta berangkat baru aku tersadar bahwa itu hanya ada di dunia film. Rasanya pulang tanpa bertemu pujaan hati itu nyesek banget pokoknya, mungkin saat itu dia sedang menangis dipojok kamar sampai tertidur.. hmm… mending tidak pulang jika pulang harus seperti itu memang. Suer dah..
Sekali juga pernah ketika aku pulang dia mengantarkan ku pulang sampai ke bandara. Ketika itu sore harinya memang hujan tetapi malam sudah tidak. Aku flight terakhir. Setelah berdua berangkat bermotoran romantis, setengah perjalanan kami kehujanan lebat sekali. Setelah aku masuk boarding, dia langsung pulang padahal masih lebat sekali hujannya. Dari situ hasilnya adalah dia masuk angin selama beberapa hari. Masih bisakah disebut pengorbanan cinta yang seperti ini??
Dan yang paling mengesankan dari semuanya sampai saat ini adalah ketika wisuda ku dia datang sebagai pendamping wisuda (PW) ku. Banyak sekali yang bilang kalau aku mengundur wisuda ku karena dulu masih belum punya PW. Hehehe..
Hari ini chuy ulang tahun yang ke-23 dan aku tidak bisa disampingnya secara langsung mengucapkan selamat kepadanya. Hmm.. semoga panjang umur nan barokah sayang ku, sabarlah disana menungguku hingga saatnya tiba nanti sebuah hal yang paling indah dari kesabaran kita selama ini.

ttd: Seseorang yang akan selalu menyayangi mu.. 

Selengkapnya...
gravatar

Selamat Menikmati 0(nol) derajat celsius!? (part1)

Liburan semester genap memang selalu menjadi momen yang dinanti-nanti para Mahasiswa, sebuah kebebasan mutlak selama kurang lebih dua bulan. Bebas dari kewajiban kuliah pagi yang sering kali menyiksa terutama bagi para senior yang sudah terbiasa kuliah malam, lepas dari tumpukan deadline tugas yang menggunung terutama akhir-akhir perkuliahan (gara-gara sengaja maupun tidak tugas-tugas dari awal tidak dikerjakan secara terstruktur dengan baik), terlepas dari asistensi tugas gambar yang kerap bikin dagdidug karena dosennya galak, lepas dari kegiatan organisasi kampus bagi yang sudah lunas masa kepengurusannya dan banyak lagi lainnya. Tapi tetap ada sebuah rasa yang ganjil ketika berpisah dengan teman-teman yang sudah dianggap Saudara sendiri, satu-satunya cara untuk mengobatinya antara lain adalah dengan mengadakan liburan bersama. Entah itu saling mengunjungi daerah salah satu teman dengan touring misalnya, ataupun dengan janjian untuk keluar ke sebuah tempat wisata.
Nah, liburan semester genap kali ini pun tidak terlepas dari kunjungan ke salah satu tempat ‘wisata’ di Jawa Timur. Gunung Lawu. Walaupun jika disebut sebuah tempat wisata masih kurang tepat, tapi tetap saja bagi ku sebuah tempat yang memberikan sebuah keindahan tersendiri bisa disebut tempat wisata. Bertempat di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, tepatnya di kota Magetan. Sebuah kota yang bersebelahan dengan kota Ngawi, adalah rumah salah satu kawan se-angkatanku (Bayu AK) di kampus yang ‘beruntung’ menjadi seorang Ketua Himpunan (Kahima) tahun kepengurusanku (2008).
Beberapa hari sebelum hari H menuju puncak hargo dumilah (puncak gunung Lawu) Bayu yang memang rumahnya dekat dengan gunung tertinggi nomor dua se-Jatim itu menawarkan untuk berjalan-jalan ke rumahnya dan mampir ke Gunung Lawu. Setelah men-jarkom (jaringan komunikasi dengan memanfaatkan sms, bagi anak ITS) beberapa kawan se-angkatan dan akhirnya (mungkin) terjarkom satu angkatan penuh karena penyebaran jarkom tersebut bagaikan virus yang menyeruak di masa liburan seperti ini. Akhirnya aku sebagai koordinator wilayah daerah yang jauh dari kota Ngawi tersebut mendapatkan tujuh orang termasuk aku untuk berangkat. Dari tujuh orang tersebut enam orang dari angkatanku (aku, anam, alfan, ucup, adit, uncen) dan satu orang junior (tigor). Jarkom persiapan peralatan yang akan dibawapun tidak lupa, antara lain senter, jas hujan, makanan jadi, penutup kepala, jaket tebal, kaos tangan serta kaos kaki. Dan kami pun berkumpul langsung di stasiun gubeng baru pada siang harinya (selasa, 5 Juli 2011) untuk bersiap menaiki kereta ekonomi Sritanjung jurusan Lempuyangan.
Kereta yang seharusnya terjadual pukul 13.10 WIB tak kunjung datang juga, sampai kawan-kawan tidak sabar dan hampir menaiki kereta Gaya baru malam selatan yang memang stasiun awalnya adalah SGU. Setelah dua gerbong terlewati kita pun tak kunjung mendapat banyak bangku kosong sesuai dengan jumlah kita. Setelah menunggu satu setengah jam akhirnya mbak sri(tanjung) datang juga. Dengan sigap para petualang ini pun mencari-cari bangku kosong, dan tidak sia-sia karena ternyata banyak bangku kosong di gerbong paling belakang. Di dalam kereta kelas bawah ini memang banyak sekali asongan atau bahkan kadang malah bisa membuat hiburan tersendiri. Mulai dari penjual kopi susu, tahu goreng, gipang, buku bacaan sampai lewatlah seorang penjual ‘sego temenan’ (nasi beneran) dan ‘sego-segoan’ (nasi palsu) bergantian sahut menyahut. Perjalanan kurang lebih tiga jam tersebut ada beberapa yang sempat tertidur (termasuk aku) dan ada pula yang memang tidak bisa tidur di sebuah perjalanan (misalkan adit). Tak terasa kita sampai di sebuah stasiun yang menurutku termasuk lumayan megah di jagat perkeretaapian Indonesia, stasiun Madiun, kita turun. Jemputan yang dijanjikan Bayu datang agak terlambat dan kami pun mencoba sebuah warung nasi pecel khas madiun yang berada di tepat di seberang jalan dari stasiun tersebut. Hanya aku yang tidak makan waktu itu karena di dalam kereta memang sempat makan nasi pecel juga. Setelah makan dilanjutkan dengan menghampiri warung lain di dekat warung tersebut, yang tak lain adalah warung kopi!? Hehehe19 Setelah beberapa saat pun sebuah mobil tua berwarna merah terlihat disopiri seorang yang kita kenal melintas di depan kita, tak satupun dari kami yang tidak berteriak memanggil seorang kawan tersebut. Dan kita akhirnya menaiki sebuah mobil yangkami juluki ‘Jet star’ karena memang dibelakang mobil ini tertuliskan seperti itu. Kendal – Ngawi, we are coming!!!

Selengkapnya...
gravatar

Negeri 5 menara HABIS di Blitar!!!

BLITAR, tepatnya di desa kademangan. Blitar bagian selatan. Sebuah desa yang unik menurutku, karena desa masa kecilku ini dibatasi sungai di setiap penjurunya. Dari mulai barat, selatan dan timur dibatasi sungai tangkis dimana sungai tersebut sekitar sepuluh tahun yang lalu sering aku dan teman-teman sekolahku bermain disana. Meskipun tinggi kami hanya lebih dari sejengkal tangan dari permukaan air yang alirannya lumayan deras, tidak menyurutkan keinginan kami bermain-main di sungai tersebut. Bahkan ada beberapa teman ku yang berani berlomba menyeberangi dari satu sisi ke sisi yang lain, bagi yang bisa berenang tentunya. Sedangkan bagian utara berbatasan dengan sungai brantas, sungai terbesar di jawa timur seingatku. Dilengkapi dengan dua lapangan bola rumput yang lumayan besar yang salah satunya adalah lapangan bola SD ku dulu, sebuah masjid jami’ (at-taqwa) dimana aku dulu mengaji dan ingat pernah peringkat tiga lomba adzan disana, terminal kecil tapi dilewati bus antarkota, pasar dimana nenek ku dulu pernah berjualan jajanan pasar serta sebuah kantor polisi dan balai desa tentunya. Lengkap bukan?? Masih pantaskah dinamakan desa kawan.. hehehe19 :D
Kemarin aku baru karantina tim adhoc Musyawarah Besar (Mubes) 4 ITS di lawang. Dari hari kamis lalu, pagi siang malam sengaja kami konsentrasikan pada draft yang memang tugas kami. Dan memang tidak main-main kami rapat kali ini, sampai debat keras dan bahkan ada yang hamper saja baku hantam karena ada yang emosi. Dari 17 belas anak, yang hadir sebanyak 13 anak. Selesai dari karantina rapat tersebut aku langsung meluncur ke Blitar, sudah ku atur sebelumnya memang. Meskipun target selesai rapat pagi sehingga aku bisa sampai di blitar tidak terlalu sore, akhirnya sampai sekitar jam 4 karena ba’da dhuhur baru di akhiri dan dilanjutkan di Surabaya besok senin. Hmm…
Disini aku memang sendiri, tidak ada teman yang mau ku ajak karena aku pulang kembali ke Surabaya besok senin. Artinya melebihi sehari dari hari libur panjang semingggu ini. Sendiri bukan berarti kesepian dong, aku punya banyak teman SD disini sehingga bisa main kerumahnya siapa saja yang masih menetap disini. Misalnya, kemarin malam pun aku keluar dengan salah satu teman SD dulu, angga namanya. Rumahnya dekat dengan sungai batas sebelah selatan. Ba’da isya’ aku kerumahnya, sebelum itu aku berjanjian melalui pesan singkat terlebih dahulu untuk memastikan saat aku kerumahnya dia ada.
Sekitar setengah delapan malam aku kerumahnya ke arah selatan. Di depan rumahnya terdapat sebuah truk berwarna biru tua, tidak kaget juga karena memang bapaknya seorang sopir truk pengangkut telur dari Blitar ke Jakarta. Setelah mengucapkan salam dan masuk menyalami ibu dan adeknya aku dan dia duduk di teras depan. Aku pun ingin mengajaknya keluar, sepemikiran dengan aku dia pun ingin menemaniku ke Blitar kota. Berangkat hanya berdua saja di malam minggu yang lumayan dingin ini aku meminjam jaketnya karena jaket yang ku pakai bermotor adalah jaket himpunan yang tebal sekali sehingga kurang cocok kalau dipakai untuk bersantai menurutku. Pelan-pelan kita menuju alun-alun kota, disana tampak keramaian yang amat sangat. Tidak jauh beda dengan di bungkul Surabaya, bedanya disini tempatnya lebih luas dan pengawasannya aku nilai kurang sekali karena di beberapa sudut saat aku jalan memutari bagian dalamnya terdapat orang ‘minum-minum’. Ckckck, sayang sekali menurutku. Setelah satu putaran aku keluar lagi, apa yang aku cari tidak ku temukan. Apalagi kalau bukan tempat ngopi.. hohoho19 :P
Berputar-putar lagi dengan ZX hitam milik Bapak ku. Dilewatkan ke stadion Blitar, markas PSBI dan PSKB. Ada dua tim di Blitar?? Ya, lagi-lagi aku harus mengucapkan sayang. Hmm.. lanjut kita mencari sebuha warung kopi ataupun lesehan, angga menganjurkan untuk ke kebon rojo. Sebuah kebun mirip kebun bibit kalau di Surabaya tapi tidak ada hewan di dalamnya. Membelokkan stang setir ke salah satu lesehan yang ternyata penjualnya anak desa ku juga. Yang kenal angga, aku sempat teringat tapi sudah lupa namanya. Maklum, sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar. Dengan memesan segelas cappuccino aku dan angga bercerita kasana kemari, saling menanyakan kabar dari teman-teman SD dulu dan kehidupan di masing-masing kota kita. Tidak terasa jam di HP sudah menunjukkan pukul 22.30 dan kita pun pulang dengan pelan-pelan (juga) karena tidak lain adalah rasa dingin yang menerpa.
Sampai dirumahnya angga aku langsung pamit pulang, walupun akhirnya tidak langsung pulang melainkan mampir dahulu ke warnet. Maklum, modem AHA ku tidak berfungsi disini karena tidak ada sinyal sama sekali. Emang bisa dipakai di luar kota?? Ya bisa, kemarin aku membuktikan di kota lawang (malang) bisa dipakai bahkan sinyalnya pun penuh!? Setelah dapat sekitar setengah jam terpaksa pulang karena warnetnya mau tutup. Fiuuuh…
Hari ini sengaja ku pakai untuk memFinishkan novel yang ku pinjam dari salah satu sahabatku, berjudul “Negeri 5 menara” karya Ahmad Fuadi. Yang menceritakan sebuah kehidupan di Pondok Modern Gontor, ku pinjam novel ini tepat seminggu yang lalu dan akhirnya lunas juga membacanya karena memang tidak boleh lama-lama meminjamnya alias antre dengan teman-temannya yang lain.
Sedikit bercerita tentang apa yang ada di dalam novel ini karena menurutku sangat banyak sekali hikmah dan motivasi yang bisa diambil!? Bercerita tentang enam orang sahabat yang dipertemukan di sebuah pondok modern (PM) gontor, Ponorogo Jawa Timur. Berlatar belakang masuk pondok tersebut dengan berbagai macam, mulai si Alif Fikri (pemeran utama) yang dipaksa oleh Ibunya, Raja yang memang setahun sebelumnya telat mendaftar, Baso yang sangat ingin menghafal Al-Qur’an di pondok tersebut, serta Said, Atang dan Dulmajid juga berbeda dari lainnya. Novel ini diangkat dari kehidupan nyata penulis (A. Fuadi) dan menurutku amat sangat menggugah selera belajar (sekali lagi menurutku). Terutama belajar bahasa Arab dan Inggris, kalo aku sih lebih suka ke bahasa Arabnya. Gak salah kalau dalam minggu ini sesekali aku menyeretkan bahasa Arab ke omonganku, meskipun masih terlihat sok-sok’an tapi biarlah orang berkata apa. Dalam novel ini juga diceritakan bahwa si paluku utama awalnya sok-sok’an bahasa arab dan inggris tapi akhirnya lancar jaya!? Hehe.. beberapa kata bahasa Arab yang kuingat adalah man jadda wajada (ini paling banyak dipakai dan memang disini merupakan kata sakti yang berarti ‘siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil’), qum ya akhi (artinya ‘bangun ya saudaraku’), tafadhal (silakan) dan beberapa lainnya. Bagi siapa saja yang belum membacanya, BEST RECOMMENDED deh buat kalian semua, beneraaan!?
Siangnya iseng-iseng muterin desa dan berakhir di tempat cuci motor serta warnet!? Pulang lagi dan benar-benar menghabisi novel di atas. Legaaa… :D special syukron ya ukhti Dwi ndut buat pinjaman novelnya!? 
Dan setiap kali aku pulang ke desa, hal yang tak akan kulupakan adalah nyekar ke kubur kakek dan nenek ku. Sebanyak lima kembang pasti kuhabiskan untuk nyekar. Ini untuk mengingatkanku kepada beliau-beliau yang sudah mendidikku di masa kecil dulu, semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk almarhum kakek dan nenek ku, amiiin ya Allah…
Serta belakangan ini kalau pulang ke blitar selalu menyempatkan diri untuk mampir di warung pojok dekat dengan jembatan sungai brantas yang tak lain adalah batas utara desa ku. Menunya pun tidak lain adalah rawon, hmm rawon disini memang tiada duanya. MANJA, mantab jaya.. hahaha19 Pecel paling enak yang pernah kurasakan pun adalah pecel yang jual di gang belakang rumah ku di desa ini!? Tapi entah orangnya masih jualan apa nggak soalnya belum sempat mampir kesana.. dan kulanjutkan memutari desa ini, mulai lewat terminal di pojok desa sampai kantor pos saat di masa kecilku suka berkirim surat dengan orang tuaku di Surabaya maupun ke rubric majalah Bobo.
Malamnya aku kembali menjalin silaturahmi ke teman SD ku yang lian dengan Angga. Rumahnya di ringinanom, sebuah desa di sebelah selatan desa ku ini. Seperti perjumpaan dengan kawan yang sudah lama sekali tidak bertemu, dia sampai hamper lupa dengan aku!? Hehehe19 memang sudah sekitar 2-3 tahun aku tidak bertemu dengannya, trerakhir adalah reuni SD 2 atau 3 tahun silam, aku juga sudah agak lupa.. hehehe19
Kembali lagi pulang jam sebelas malam, dimana desa ku sudah terlihat seperti desa mati. Sepiii…

Kademangan - BLITAR, 23.40 WIB.


Selengkapnya...

ShoutMix chat widget

SMS GRATIS.. monggo caaak!?